Hikayat adalah salah satu bentuk sastra prosa, terutama dalam Bahasa Melayu yang berisikan tentang kisah, cerita, dan dongeng. Umumnya mengisahkan tentang kehebatan maupun kepahlawanan seseorang lengkap dengan keanehan, kesaktian serta mukjizat tokoh utama.
Dari pengertiannya saja pasti beberapa dari kita ada yang berpikir bahwa, pasti karangan yang satu ini membosankan, karena memang nyatanya saya pun langsung berpikir, hikayat hanyalah prosa lain yang pasti terjadi di masa lampau, bercerita tentang hal-hal gaib yang melenceng dari banyak kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Indonesia.
Lalu, bagaimana kita bisa membedakan hikayat dengan dongeng? Bukankah keduanya sama-sama menceritakan tentang keajaiban, kesaktian, atau keanehan?
Hikayat memiliki beberapa ciri-ciri yang dapat membantu kita untuk membedakannya dari sebuah dongeng, yaitu :
1. Anonim : Pengarangnya tidak dikenal
2. Istana Sentris : Menceritakan tokoh yang berkaitan dengan kehidupan istana/ kerajaan
3. Bersifat Statis : Tetap, tidak banyak perubahan
4. Bersifat Komunal : Menjadi milik masyarakat
5. Menggunakan bahasa klise : Menggunakan bahasa yang diulang-ulang
6. Bersifat Tradisional : Meneruskan budaya/ tradisi/ kebiasaan yang dianggap baik
7. Bersifat Didaktis : Didaktis moral maupun didaktis religius (Mendidik)
8. Menceritakan Kisah Universal Manusia : Peperangan antara yang baik dengan yang buruk, dan dimenangkan oleh yang baik
9. Magis : Pengarang membawa pembaca ke dunia khayal imajinasi yang serba indah
10. Pralogis : Banyak cerita didalam hikayat tidak dapat di terima oleh akal
Karangan prosa yang satu ini juga berfungsi untuk membangkitkan semangat, sebagai penghibur atau pelipur lara, atau hanya untuk meramaikan suatu pesta.
Kita tidak boleh asal saat menuliskan sebuah hikayat. Untuk menghasilkan karya tersebut, terdapat beberapa struktur yang harus ditaati agar berhasil membuat hikayat yang baik.
Berdasarkan beberapa artikel yang sudah saya baca, terdapat 4 (empat) struktur sebuah hikayat, yaitu :
1. Tema,
Pada umumnya tema sebuah hikayat menyangkut soal kepercayaan, agama, pendidikan, pandangan hidup, adat-istiadat, percintaan, dan sosial. Mengapa? Karena hikayat merupakan cermin masyarakat dan dapat digunakan sebagai media untuk mendidik, mengemukakan fakta-fakta, mengkritik, dan lain-lain.
2. Penokohan,
Dalam hikayat, terdapat beberapa peristiwa yang pada dasarnya merupakan wadah pertentangan antara tokoh utama yang baik dan tokoh utama yang jahat sehingga penokohan erat kaitannya dengan hikayat.
3. Latar,
Latar adalah lingkungan atau menyangkut aspek yang lebih luas. Latar, di samping sebagai tempat terjadinya peristiwa, juga berkaitan dengan periode. Dalam hikayat sering kali dijumpai latar tempat berupa kerajaan di masa lampau.
4. Sudut Pandang,
Sudut pandang merupakan suatu hal yang digunakan oleh pengarang untuk menceritakan suatu peristiwa, pengarang pun boleh memilih dari sudut mana ia akan menceritakan cerita tersebut.
Agar para pembaca sekalian dapat lebih mengerti mengenai struktur hikayat, saya akan mencantumkan sebuah hikayat sebagai contoh.
Hikayat Bunga Kemuning
Dahulu kala ada seorang raja yang memiliki 10 orang puteri yang diberi nama Puteri Jambon, Puteri Jingga, Puteri Nila, Puteri Hijau, Puteri Ungu, Puteri Kelabu, Puteri Biru, Puteri Oranye, Puteri Merah Merona dan Puteri Kuning.Istri raja meninggal dunia setelah melahirkan Puteri Kuning. Ke-9 puteri sangat manja dan nakal, berbeda dengan si bungsu Puteri Kuning yang ramah dan baik hati.
Suatu hari raja hendak pergi jauh. Ke-9 puterinya meminta oleh-oleh yang mewah, namun Puteri Kuning hanya meminta ayahnya kembali dengan selamat.
Ketika sang raja pulang, ia memberi Puteri Kuning sebuah kalung batu hijau. Puteri Hijau merasa cemburu, ia bersama saudaranya yang lain memukul kepala Puteri Kuning hingga ia meninggal. Tanpa sepengetahuan orang-orang istana, ke-9 puteri mengubur Puteri Kuning.
Mengetahui puteri bungsunya hilang, sang raja mencarinya, namun pencariannya tak membuahkan hasil.
Suatu hari tumbuhlah sebuah tanaman di atas kubur Puteri Kuning, karena tanaman tersebut nampak seperti Puteri Kuning, maka sang raja menamainya Puteri Kemuning.
Selesai, jadi pembahasan kita mengenai hikayat selesai sampai disini. Sebenarnya, masih banyak yang bisa dibahas, hanya saja keterbatasan saya dalam hal berpikir membuat saya tidak mampu untuk menuliskan lebih banyak lagi mengenai materi yang baru saya pelajari dari membaca beberapa artikel di internet. Saya ucapkan banyak terima kasih kepada Google yang telah banyak membantu saya dalam membuat penjelasan singkat ini. Sebelumnya, saya memang sudah berencana untuk menautkan link-link yang dapat dengan hebat membantu saya dalam mengerti pelajaran hikayat ini, tetapi, tiba-tiba saja mereka menghilang dari riwayat pencarian saya. Barang siapa yang membaca tulisan saya kali ini dan menemukan kesalahan, saya minta maaf, saya hanyalah seorang siswi kelas sepuluh yang kurang pandai menyampaikan materi, tetapi percayalah saya sudah mencoba sebaik mungkin. Sampai bertemu di postingan berikutnya!
04.09.17
-IndiraRachel-