Penulis
Unknown
Diterbitkan Juni 01, 2018
Tulisan ini, lucu. Dia naik ke
permukaan saat yang dapat kupikirkan hanyalah PKN, Sejarah, dan rumus.
Kutatap langit sore kala itu.
Punggung dan kepalaku sudah 30 menit lamanya bersandar pada tiang ayunan. Angin
yang berhembus membawa aroma hujan tak urung membuatku memejam. Menghirup udara
sebanyak yang kubisa, menikmati rasa tentram yang menelusup dalam relung hati
terdalam.
Tidak kuacuhkan anak rambut
yang terbang dan menyisakan rasa geli di wajah. Tak kudengarkan pula lagu
‘jedag-jedug’ yang sedang diputar rekan sekelompok ku untuk membuat senam. Aku
hanya menjalaninya. Menjalani sebuah masa yang baru kusadari sangatlah penting saat
kumulai beranjak dewasa
.
Karena rupanya, di tengah
segala hiruk-pikuk kehidupan yang mendorongku ke dasar jurang, masa- masa yang
biasa kusebut moment itu menjadi segalanya. Segalanya.
Setiap moment, seolah tak
pernah gagal untuk memberikanku sebuah pelajaran. Senyum yang terpantri, jarum
yang berdetik, dan tiap tetes air mata yang mendesak untuk keluar saat rasa
himpitan di dada menjadi semakin nyata. Semuanya berharga.
Percayalah, kita tak akan
sadar seberapa cepat moment tersebut dapat berganti. Satu detik, tawamu membuncah,
hatimu menghangat, pikiranmu bebas, lalu sedetik setelahnya? Kita akan kembali
berlari, mengejar sebuah fatamorgana yang rasannya tak berpenghujung.
Hidup bisa jadi sangat
melelahkan, oh, memuakkan juga terkadang. Rasanya sulit juga saat kita berusaha
keras untuk bangkit, dan dunia dengan mudah berdiri tegap di sisi berlawanan,
dan saat kita dihadapkan dengan sebuah perkelahian, entah dengan ego pun
duniawi, kutahu pasti berat untuk selalu menjadi pihak yang rapuh.
Tetapi, yakinlah, bahwa setiap
pulpen yang diguratkan ke kertas, akan menghasilkan jalinan tinta bermakna. Tak
peduli seberapa kacau tulisannya. Teruslah mencoba, pertahankan jiwa lemah dan
belajar untuk memiliki ketangguhan di sela-selanya.
Berpegang yang erat, karena
ombak di depan, kita belum tau seberapa besar. Aku berjuang, kau juga. Dan
kupastikan, we’ll survive.
‘2018-06-01
Dira yang lagi pengen Keprabon