Halo, semuanya!
Selamat datang di postingan keempat dari Dira's Words. Jadi, pada kesempatan kali ini, saya akan menerbitkan beberapa hasil karya tulisan milik pribadi saya. Sebetulnya, hal ini dilakukan untuk memenuhi nilai bahasa indonesia, tetapi, saya tidak akan mencantumkan tags tugas seperti yang tertera di postingan-postingan sebelumnya.
"Menulis, sebuah terapi menurut Indira Rachel "
Pembaca sekalian pasti tidak asing dengan istilah menulis, kan?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengembangan dari kata dasar 'tulis' ini diartikan sebagai membuat huruf dan melahirkan pikiran juga perasaan melalui tulisan. Terdengar mudah, bukan?
Hanya saja pada tahun 2008, Prof.Dr. St. Y. Slamet, M.Pd melalui bukunya yang berjudul Dasar-Dasar Keterampilan Berbahasa Indonesia, mengungkapkan bahwa menulis merupakan sebuah kegiatan yang memerlukan kemampuan bersifat kompleks.
Banyak orang di luar sana yang dapat berbicara panjang lebar, menyampaikan pendapat mereka secara lisan tanpa ada kekurangan, nyaris sempurna. Tetapi, tidak semua dari mereka dapat menuliskan kembali hal-hal yang telah dibicarakan sebelumnya.
Faktanya, menulis memang sesulit itu.
Tetapi, taukah kalian bahwa menulis merupakan sebuah terapi? Anggapan bahwa menulis hanyalah kegiatan membuat guratan berisi rangkaian kata merupakan sebuah kesalahan.
Di dalam prosesnya, menulis memaksa kedua belah otak untuk mengaitkan kata dengan kalimat berlanjut ke paragraf dan seterusnya secara logis agar dapat dipahami oleh siapa saja yang membacanya. Secara tidak langsung, menulis akan mendorong atau dapat lebih dikatakan melatih pikiran untuk berjalan logis, sistematis, dan kreatif.
Membenarkan bahwa menulis memang sebuah terapi yang mendidik.
Sebagai seorang remaja, saya paham betul mengenai beberapa perasaan yang luar biasa mengganggu, tidak kunjung hilang, dan tidak dapat ditangani oleh pemiliknya. Entah itu suka, duka, ataupun hanya sekedar ide yang tidak dapat dibagi kepada siapa pun bahkan orang-orang terdekat. Tidak hanya remaja, saya percaya bahwa semua orang perlu sebuah media.
Media dimana mereka dapat mengutarakan apa yang ada di dalam pikiran mereka, secara bebas. Tidak berarti menghina atau menjatuhkan seseorang melaluinya, tetapi lebih ke menumpahkan perasaan ke rangkaian kata, tanpa dikenali, tanpa diketahui, hanya sebatas melepaskan beban.
Karena menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh University of Rochester, memendam sesuatu dalam segi rasa akan mengacaukan akumulasi emosi yang kemudian memporak-porandakan tubuh, membuat tubuh meradang akibat sistem kekebalan tubuh yang jatuh.
Kembali membenarkan bahwa menulis memang sebuah terapi yang menjaga kesehatan tubuh.
Dan, bagi saya, seseorang yang sedikit banyak menekuni dunia literatur, hasil tulisan tersebut dapat disimpan untuk pribadi, menjadikannya sebagai sebuah pembelajaran di suatu saat nanti. Lalu, bagi mereka yang berminat --seperti saya contohnya-- dapat membagikan tulisan mereka melalui berbagai perantara. Sudah banyak aplikasi menulis dan membaca online yang beredar, kok. Mudah dan bermanfaat. Dalam satu kalimat, saya menyimpulkan,
"Menulis akan membantu anda dalam menyalurkan emosi, mendorong otak untuk berpikir logis, sistematis, kreatif, dan pastinya menjaga anda dari segala hal buruk yang bersifat psikologi juga medis"
22.08.17
-IndiraRachel-