Warna gelap mendominasi langit sore ini.
Semuanya terlihat abu-abu dan buram.
Di tengah hembusan angin yang menggelitik kulit,
serta rintik hujan yang tak ku gubris,
tertuanglah kata-kata ini di dalam kanvasku yang putih.
Tiga tahun lamanya kami saling mengenal, tapi harus kuakui masih banyak hal tentang dirinya yang belum bisa kupahami.
Ia penyuka warna hitam, setidaknya aku tahu betul akan hal itu. Ia mudah marah dan tipe orang yang tidak suka bertele-tele.
Sifatnya yang keras kepala dan teledor seringkali membuatnya dipandang sebelah mata, tetapi, kutahu bahwa ia seseorang yang mempunyai tekad besar dan hendak bekerja keras untuk menggapai hal-hal yang ia memang inginkan.
Kata 'pendiam' seolah-olah terpampang jelas di dahinya membuat semua orang yang tidak mengenalnya dengan baik membetulkan hal tersebut, namun tidak denganku.
Ia mirip dengan bunglon.
Ia dapat menjadi manusia terdiam di dunia dan dapat berubah menjadi sosok paling berisik dan berandal satu menit setelahnya.
Gadis kelahiran tahun 2003 itu memiliki mata minimalis, namun sudut pandangnya akan segala sesuatu berhasil membuatku takjub.
Kehadirannya selama ini, seakan menjadi sebuah tamparan bagiku. Ia memang lebih muda, tetapi bagaimana ia menghadapi rumitnya dunia membuatku menunduk malu.
Ia seringkali terluka dan kehidupan yang kejam selalu membuat luka yang telah mengering itu kembali basah tanpa ada belas kasihan, tetapi ia masih berdiri tegar.
Ia menghadapi segala badai deru ombak seorang diri.
Ia jarang berbagi, entah mengapa. Terkadang terlintas di benak ku bahwa ia belum sepenuhnya percaya, atau mungkin ia hanya tidak mau merepotkan. Ia hanya bingung, ia memang tidak pernah pandai berkata-kata, namun bagiku, semuanya tercermin pada matanya.
Ia tidak pernah sadar, aku juga tidak pada awalnya, tetapi matanya terluka begitu pula dirinya.
Satu hal mengenai dirinya yang masih sulit kupahami, namun memang benar adanya adalah ia selalu bisa menjadi rumah bagi seseorang meski dirinya sendiri sedang jauh dari kata baik-baik saja.
Ia berada ratusan juta jauhnya dari kata baik-baik saja, tetapi selalu berusaha untuk menjadi seorang pendengar yang baik kapan pun itu.
Ia hampa juga penuh di saat yang sama.
Kedekatan antara aku dan dirinya memang fana, tetapi percayalah, bangunan yang menjulang tinggi dengan megahnya diantara kami berdua, nyata. Entah bagaimana dengannya, namun aku menganggapnya sebagai tempat ku berlindung, tempat ku berkeluh kesah, tempat ku pulang.
Sahabatku yang akan selamanya menyimpan misteri dan memberikan kenyamanan abadi.
That's it! Kesampaian juga akhirnya untuk bisa mempublikasikan tulisan ini, kuy ditebak ya! Bagi kalian di luar sana yang juga merasa punya sahabat yang modelnya kayak gini berbagi lewat komentar atau medsos sabi hehe.
Happy holiday, people♡
23.12.17
-Indira Rachel